Translate

Kamis, 02 Mei 2013

Adversity Qoutient, Apa Itu?


Penelitian menunjukkan bahwa selain IQ dan EQ, penentu keberhasilan seseorang dalam hidupnya adalah juga kemampuan adversity Qoutient (AQ).  
 
Adversity Qoutient adalah kemampuan seseorang untuk seberapa jauh dapat bertahan menghadapi kesulitan – kesulitan dan dapat mengatasi kesulitan – kesulitannya.       

Berikut ini akan dipaparkan lebih lanjut sari tulisan Paul G. Stoltz, Ph.D., 2000, tentang Adversity Qoutient ini. Pada umumnya, ketika dihadapkan pada tantangan – tantangan hidup, kebanyakan orang berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas kemampuan benar – benar teruji. Banyak orang yang mudah menyerah ! Mengapa ada banyak orang yang jelas – jelas sangat berbakat (cerdas) namun gagal menunjukkan dan membuktikan potensi dirinya ? Sebaliknya tidak sedikit orang yang hanya memiliki sepersekian saja sumber daya (bakat dan kecerdasan) dan dengan kesempata yang sama justru bisa lebih unggul dan mempunyai prestasi melebihi yang diharapkan dan diperkirakan. Manusia dilahirkan dengan dilengkapi satu dorongan inti manusiawi, yakni dorongan untuk terus mendaki. Mendaki dalam arti luas adalah menggerakkan terus dan terus tujuan – tujuan hidup ke depan. 

Semua Kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan (peluang) bagi jiwa kita untuk tumbuh  (John Gray)  

Misalnya : tujuan memperbaiki nilai rapor, menyelesaikan SMA / Perguruan Tinggi, berwiraswasta yang sukses, menjadi seorang pakar yang piawai, pengusaha yang berhasil, dan seterusnya termasuk tujuan menjadi hamba yang dekat dengan Tuhannya sehingga sukses dunia akhiratnya. Yang jelas orang – orang yang sukses sama – sama memiliki dorongan yang mendalam (kuat) untuk berjuang, untuk maju, untuk meraih cita – cita, dan mewujudkan impian – impiannya. Inilah kekuatan yang disebut adversity (adversity Qoutient), kemampuan untuk mendaki kehidupan ini dan siap bertahan dalam memecahkan kesulitan – kesulitan yang mungkin muncul.  

Tipe – tipe dalam pendakian Dalam perjalanan pendakian hidup ini banyak ditemui bermacam – macam tipe manusia. Ada tiga tipe besar manusia, yakni : 
1. Tipe “Quitters” (orang – orang yang berhenti) Mereka berhenti dan memilih tidak mendaki lagi, keluar, mundur dan menghindari kewajiban, tidak memanfaatkan peluang / kesempatan yang ditawarkan dan diberikan Tuhan dalam hidup ini. 
2. Tipe “Campers” (orang – orang yang berkemah) Mereka giat mendaki tetapi di tengah perjalanan bosan, merasa cukup dan mengakhiri pendakian dengan mencari tempat datar dan nyaman untuk membangun tanda perkemahan kehidupan ini. 
3. Tipe “Climbers” (para pendaki sejati / orang – orang yang seumur hiduo membaktikan diri pada pendakian menuju kehidupan sesungguhnya di hari akhir nanti. Gaya Hidup Quitter, Camper dan Climber  

         1. Quitter (orang yang berhenti mendaki) memilih jalan hidup yang datar – datar saja dan mengambil yang lebih mudah saja. Ironisnya dengan cara itu, ia akan menderita pada saat yang memilukan adalah ketika ia menoleh kebelakang dan melihat bahwa ternyata kehidupannya tidak optimal, kurang makna, banyak yang disia – siakan, sangat boros dalam waktu dan hidup. Akibatnya ia menjadi murung, sinis, pemarah, frustasi, menyalahkan semua orang disekelilingnya dan membenci (iri hati) pada orang – orang yang terus mendaki kehidupan ini. “Quitter” mencari pelarian untuk menenangkan hati dan pikirannya meski semua belaka. Berlakulah apa yang ditamsilkan bahwa orang – orang yang takut mati sesungguhnya tidak pernah benar – benar hidup.  
 
2. Gaya hidup “Campers” (orang – orang yang berkemah). Pada mulanya kehidupannya penuh proses – proses pendakian dan perjuangan, cukup jauh ia mendaki namun ia memilih berbelok membangun kemah di lereng gunung kehidupan. Karena lelah mendaki, menganggap prestasi ini sudah cukup. Ia senang dengan ilusinya sendiri tentang apa yang sudah ada, tak menengok apa yang masih mungkin terjadi. Gaya hidup “Campers” memfokuskan energinya pada kegiatan “mengukir – ukir” perkemahan dan mengisi isinya dengan barang – barang yang membuat nyaman. Ia melepaskan peluang untuk maju. “Campers” menciptakan semacam “penjara yang nyaman” sebuah tenda kehidupan yang terlalu enak untuk ditinggalkan. Contoh tipe “Campers” adalah orang – orang yang sudah memiliki pekerjaan bagus, gaji dan tunjangan yang layak, namun mereka telah melepas masa – masa penuh gairah, belajar dan tumbuh, energi kreatif. Mereka puas dan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri (Aktualisasi diri).  

3. Gaya Hidup “Climbers” (pendaki sejati) Mereka menjalani hidup secara lengkap, mereka yakin bahwa langkah – langkah kecil saat ini akan membawa kemajuan dan manfaat jangka panjang. Pendaki sejati tidak lari dari tantangan dan kesulitan kehidupan. 

Kisah terkenal Thomas Edisson, yang membutuhkan lebih dari 20 tahun dan 50.000 percobaan untuk menemukan baterai ringan, tahan lama, dan effisien sebagai catu daya mandiri. Seseorang pernah bertanya kepadanya “Mr. Edison, Anda telah gagal 50 kali apa yang membuat Anda tegar ?” “Hasil! ”jawab Edison. Edison seorang “Climbers” yang yakin akan hasil ia optimistik. “Climbers” yakin bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana meskipun orang lain bersikap negatif dan sudah memutuskan bahwa jalan ini tidak mungkin ditempuh lagi. Meski sesuatu belum pernah dilakukan orang, bukan berarti tidak bisa dikerjakan. Ingat Mahatma Ghandi? Ia tokoh spiritual India yang tanpa kekuasaan resmi, tetapi mampu menggalang kekuatan bangsanya untuk menggulingkan kolonial Inggris. “Climber” tak kenal kata berhenti dalam kamus hidupnya. Saat batu besar menghadang atau menemui jalan buntu, mereka akan mencari jalan alternatif lain. Saat kelelahan atau jatuh mereka berintrospeksi diri dan terus bertahan “Climbers” memiliki kematangan dan kebijaksanaan, dalam memutuskan strategi mundur sejenak dalam rangka bergerak lebih maju lagi. Kamus hidupnya adalah tumbuh dan terus tumbuh dan belajar seumur hidup. 

Membangun Citra Diri

        Manusia adalah ciptaan Tuhan yang terbaik, tersempurna, teristimewa dan terunik. Namun kadang-kadang kita tidak sadar akan diri kita. Sering kali kita memiliki pikiran yang salah, “Saya akan menemukan nilai diri dalam pendapat orang lain tentang saya” 
 
Citra diri atau gambar diri yang tidak benar akan membuat kita menjadi manusia yang tidak utuh serta menghambat hubungan dengan sesama. Satu hal lama, yang baru dapat kita pahami secara mendalam adalah mengenai nilai kesuksesan yang kita raih. Karena terlalu sering kita membandingkan prestasi orang lain dengan prestasi kita sendiri. Sangat tepat suatu pemikiran yang mengatakan, “jika orang lain bisa, maka saya juga harus bisa!”.

Kesuksesan bukanlah tolak ukur kebahagiaan, namun kebahagiaan yang merupakan tolak ukur kesuksesan. Pelajaran berharga yang dapat dipetik tentang makna kesan yang sesungguhnya adalah dengan melihat “ke dalam”. Apa yang menjadi kelebihan dan panggilan kita? Jika anda telah menemukannya, pakailah itu sebagai pendorong untuk menghasilkan sebuah pekerjaan yang lebih baik.

Kesimpulannya, tentukan hal yang berharga dan menjadi panggilan hati anda.
Jangan mengukur kesuksesan anda dengan kesuksesan orang lain. Lakukan yang terbaik setiap hari dan kesuksesan akan mengikuti anda. Inilah kebenaran, bahwa menjadi sukses adalah melakukan yang terbaik setiap hari, bukan semata-mata menjadi yang terbaik dalam hidup ini. Dengan semangat seperti ini, anda akan merasakan kenikmatan untuk menjalani tantangan hidup dan mampu memikul kegagalan, bahkan yang terburuk sekalipun.

          Hati nurani membuat  kita dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang jahat dengan yang baik. Tuhan juga memberikan kehendak bebas sehingga kita dapat memilih untuk untuk melakukan hal yang kita inginkan. Oleh karena itu manusia diberi kelebihan-kelebihan maka sudah seharusnya manusia lain dihargai.

Citra diri adalah gambaran kita terhadap diri sendiri atau pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita. Gambaran ini terbentuk bertahun-tahun selama kita hidup. Misalnya, pendapat bahwa anak yang patut dibanggakan adalah anak yang mempunyai prestasi dalm bidang akademis. Padahal prestasi dapat diperoleh di bidang-bidang lainnya, seperti seni atau olahraga. Contoh lainnya adalah pendapat yang menyatakan bahwa orang lain akan lebih menghargai jika kita cantik/tampan, pintar, kaya, menarik atau langsing. Sehingga orang yang tidak mempunyai bentuk badan tidak ideal, bentuk muka yang kurang indah, atau kurang berhasil dalam studinya tidak perlu dihargai.

Mewujudkan Impian

Sudah pernah nonton film Dreamgirls yang bercerita tentang mimpi tiga gadis menjadi superstar? Mimpi memang membuat hidup jadi lebih indah. Masalahnya, meraih mimpi itu sama sekali tidak mudah. Tapi tenang saja, kartu akses menuju sukses bisa didapat dengan berbagai jalan. Dan saat Anda punya keinginan yang kuat, karpet merah akan terbentang di depan Anda untuk meraih harapan. Intinya, semuanya tergantung pada diri Anda!.

Adapun ke-7 cara menggapai impian Anda:

1. Ketahui Impian Anda
          Bagaimana cara mengetahui keinginan dan minat Anda? Cukup dengan dengarkan kata hati, selain itu, perhatikan juga mimpi dan pikiran spontan yang keluar saat Anda tidak mengerjakan apa-apa. Saat sedang melamun, coba catat berbagai peristiwa yang membuat Anda merasa bahagia.
Begitu Anda sudah tahu tujuan hidup dengan jelas, sekarang tinggal lakukan strategi untuk mendapatkannya!

2. Jangan Terjebak Apriori
           Saat berbagai keinginan berkecamuk di kepala, lakukan satu per satu. Kumpulkan konsentrasi Anda pada bidang yang ingin ditekuni. Solusi hidup sering bisa Anda dapatkan secara pelan, tidak sekaligus. Hilangkan pikiran negatif soal pendapat orang lain atau pikiran buruk yang Anda ciptakan sendiri. Inilah kunci utama yang akan membuat Anda melangkah maju.

3. Tahu Cara Memilih
        Dalam hidup mungkin Anda menemukan kalau beberapa rancana yang ingin dikerjakan ternyata ”tak saling nyambung”. Anda bingung antara beli rumah, mobil, atau menjalankan bisnis baru. Hasilnya, Anda dihadapkan pada kenyataan untuk memilih. Kalau sudah begini, pilih apa yang paling Anda inginkan. Pikirkan masak-masak mana yang harus dilakukan terlebih dulu. Hanya Anda yang tahu keputusan yang terbaik bagi diri Anda. Mantapkan diri dan jangan ragu terhadap keputusan yang Anda ambil.

4. Bersikap Terbuka
         Boleh saja punya cita-cita yang membuat Anda mempertaruhkan segalanya. Tapi ingat, tetaplah untuk mempertahankan semangat untuk bersikap fleksibel dan terbuka untuk berbagai kemungkinan. Satu cara untuk melatih attitude ini adalah saat menghadapi suatu problematika, coba cari tiga solusi yang berbeda. Dengan begitu, Anda bisa melihat satu permasalahan dari berbagai perspektif. Banyak jalan menuju Roma, bila harus pakai “tersesat” dulu di Siberia, kenapa tidak?

5. Punya Keyakinan
        Tak ada satu hal di dunia yang akan datang dengan sendirinya. Coba lihat saja biografi orang-orang terkenal, semua sukses selalu diawali dengan perjuangan. Begitu juga jika Anda memang punya impian yang ingin direalisasikan. Untuk memulai langkah, kenali dimana Anda berada. Setelah itu, usahakan untuk melangkah di jalur yang tepat!
”Putus asa”? Kata ini tidak ada di kamus Anda

6. Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri
         Hentikan pikiran buruk kalau cita-cita yang sedang Anda raih itu akan ”membawa korban”. Tenanglah, yang penting lakukan manajemen waktu yang baik. Berikan pengertian kepada keluarga bahwa kondisi itu hanya bersifat sementara. Fokuskan perhatian pada apa yang sedang dikerjakan, dan beri perhatian pada yang lain saat Anda punya waktu.
Lakukan pada apa yang Anda lakukan dengan tulus. Kebahagiaan pun akan ada di tangan Anda.

7. Berani Ambil Resiko
         Agar bisa membantu melihat permasalahan dengan jelas, buatlah ”coretan” dari keputusan yang akan Anda ambil. Pada bagian pertama ”keputusan beresiko”, buatlah dua kolom yang berisi keuntunagan dan kerugian. Pada bagian berikutnya: ”keputusan tanpa resiko”, buat daftar yang sama. Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah untuk mencari suatu solusi!
Berani ambil resiko adalah kunci keberhasilan.

Jeniusnya Otak Kita


Hasil penelitian para ahli jiwa tahun 1050 potensi otak manusia yang digunakan rata-rata hanya sekitar 50%, tahun 1970 turun menjadi 10%, tahun 1980 sekitar 1%, dan tahun 1990 yaitu 0,01%. Dan berpakah rata-rata potensi otak manusia menurut para ahli yang diteliti pada tahun 2010? Jawabannya adalah ±0,0001% jadi berapa yang belum digunakan??? Bahkan ada ilmuan yang menyatakan bahwa bila seluruh buku yang ada di perpustakaan di seluruh dunia dimasukan ke otak kita, otak kita tiak akan penuh. 

Jika kita bandingkan dengan otak lebah yang luar biasa hebat dalam pembuatan madu. Kemampuan lebah yang sangat mengagumkan yaitu cara berkomunikasi diantara sesama anggota lebah, ada lebah pemadu yang bertugas untuk mencari bunga yang memiliki sari madu, ada yang bertugas membuat sarang lebah, dari sudut yang berbeda namun bisa bertemu di tengah tanpa adanya ketidakserasian bentuk, ada yang harus mengatur suhu dalam sarang dari kelembaban udara agar tetap pada suhu ideal (35ยบ) selama 10 bulan, jika tidak madu akan rusak dan kehilangan sisi awet dan gizinya. Dan ada kelompok tertentu yang bertugas untuk menjaga sarang dari bakteri. 

Lebah menghasilkan madu 10x lebih banyak dari yang mereka perlukan salah satunya bertujuan untuk digunakan manusia sebagai obat. Lebah hanya seekor serangga yang panjangnya hanya 1-2 cm dan ia melakukan ini semua dengan apa yang telah di berikan Tuhannya. Pertanyaanya berapakah jumlah sel otak lebah sehingga dapat melakukan hal yang luar biasa seperti itu? Jawabannya adalah 7000 sel otak.

          Pertanyaan selanjutnya berapa jumlah sel otak manusia? Jawabannya adalah 1 Triliyun sel otak. Bandingkan dengan sel otak lebah, inilah salah satu keajaiban otak manusia, kita patut mensyukurinya, dengan cara mengoptimalkan kemampuan otak kita. 

 Otak mengatur dan mengkoordinasikan sebagian besar gerakan, perilaku, fungsi tubuh (detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh, dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi pengenalan, emosi, ingatan, pembelajaran motorik, dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

10 kebiasaan yang dapat merusak otak
1.      Tidak sarapan pagi
2.      Makan terlalu banyak
3.      Merokok
4.      Mengkonsumsi gula terlalu banyak
5.      Polusi udara
6.      Kurang tidur
7.      Menutup kepala saat tidur
8.      Menggunakan pikiran saat sakit
9.      Jarang berkomunikasi
10.  Kurang menstimulasi pikiran